1
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi
manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus di
penuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A melalui bahan makanan
seperti bayam, daun singkong, pepaya matang, hati, kuning telur dan juga
ASI.( DEPKES, 1995, p. 1 )
Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut). Vitamin A juga bermanfaat untuk kesehatan mata dan
membantu proses pertumbuhan. Oleh karena itu vitamin A sangat penting
untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. (Depkes RI, UNICEF, HKI, 2005,
p. 8).
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat
tinggi di kawasan ASEAN walaupun sudah terjadi penurunan dari
307/100.000 kelahiran hidup (SKDI 2002/2003). Bila dibandingkan dengan
AKI tahun 2004 sebesar 155,22 per 100.00 kelahiran hidup, dan terjadi
kenaikan AKI pada tahun 2005 sebesar 252 per 1000 kelahiran hidup.
Menjadi 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007).
2
Angka Kematian Ibu provinsi Jawa Tengah tahun 2008 berdasarkan hasil
Survei Kesehatan Daerah (SKD) sebesar 114,42 per 100.000 kelahiran hidup.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 diperoleh estimasi AKB di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas
sebesar 45,16%, infeksi sebesar 5,2%. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun
2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Daerah (SURKESDA) jumlah kematian bayi di Kota Semarang sebanyak 204
dari 25.160 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 8,1 per 1.000 Kelahiran Hidup. Bila ditinjau
dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain dalam
kurangnya pemberian vitamin A bagi ibu nifas. (Profil Jawa Tengah, 2008).
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampi alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama nifas ini yaitu 6-8 minggu.( Mochtar, 1998, p. 115 ).Ibu nifas yang
cukup mendapatkan vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A
dalam Air Susu Ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap
penyakit disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Kekurangan vitamin
A dengan demikian dapat disimpulkan sebagai penyakit sistemik yang
mengganggu sel dan jaringan seluruh tubuh. Pengaruh terbesar dan paling
khas terjadi pada mata. (Arisman, 2004, p. 121)
Hasil pertemuan Internasional Vitamin A Consultative Groups
(IVACG) pada bulan februari 2003 di Maroko, merekomendasikan pemberian
3
2 kapsul vitamin A 2 kali @ 200.000 SI untuk ibu nifas perlu di terapkan
dalam program. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan panduan yang berisi
informasi yang berkaitan dengan vitamin A untuk praktisi kesehatan di
lapangan. ( Depkes RI, UNICEF, HKI, 2005, p. 9 ).
Perilaku tenaga kesehatan dalam pemberian vitamin A bagi ibu
nifas yaitu pada ibu nifas di berikan vitamin A sebanyak 2 x 200.000 SI
dalam kurun waktu 2 (dua) hari berturut-turut pada masa nifas (0-42 hari)
yang diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah pertama di
minum segara setelah melahirkan dan 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI
warna merah kedua di minum pada hari berikutnya minimal 24 jam sesudah
kapsul pertama. (Depkes RI,UNICEF, HKI, 2005, p. 9)
Target pemerintah pemberian vitamin A pada ibu nifas 100%. Dari
data yang di dapatkan di jawa tengah cakupan pemberian vitamin A bagi ibu
nifas tahun 2008 yaitu 92,94%, dan sudah melebehi terget pencapaian tahun
2009 yaitu 90%. (Dinkes, 2008).
Target pemberian vitamin A bagi ibu nifas di Kabupaten Grobogan
menurut PWS GIZI tahun 2007 adalah 95,76%, tahun 2008 adalah 95,20%,
dan meningkat pada tahun 2009 adalah 96,64%. Data yang di dapatkan dari
Puskesmas Pulokulon 967 jumlah ibu nifas, 873 (90,3%) jumlah ibu nifas
yang dapat vitamin A dan 94 (9,7%) ibu nifas yang tidak dapat vitamin A,
dan data yang didapatkan dari Puskesmas Wirosari 786 jumlah ibu nifas, 715
(91%) jumlah ibu nifas yang dapat vitamin A dan 71 (9%) jumlah ibu nifas
yang tidak dapat vitamin A. Dengan jumlah bidan di Kecamatan Pulokulon
4
16, Kecamatan Wirosari 16. Dapat disimpulkan cakupan vitamin A untuk ibu
nifas tersebut belum mencapai 100% yang disebabkan berbagai hal yaitu
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, sarana dan
prasarana yang belum memadai. (Dinkes, 2009).
Berdasarkan uraian diatas tersebut peneliti akan melakukan
penelitian tentang ”Studi Deskriptif Pengetahuan Bidan Tentang Pemberian
Vitamin A Pada Ibu Nifas Berdasarkan Tingkat pendidikan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan Studi Deskriptif
Pengetahuan Bidan Tentang Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pulokulon dan Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Penulis dapat mendeskripsikan pengetahuan bidan tentang pemberian
vitamin A pada ibu nifas dan tingkat pendidikan
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pendidikan Bidan
b. Mendeskripsikan pengetahuan Bidan tentang pemberian vitamin A
5
D. MANFAAT PENELITIAN
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1) Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan sebagai masukan perencanaan program
pengetahuan bidan khususnya pada materi yang dibahas yaitu bidan
diharapkan lebih berperan dalam mensosialisasikan vitamin A untuk ibu
nifas baik dalam pemberian cara mendapatkan dan manfaatnya untuk ibu
nifas.
2) Bagi Institusi Pendidik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana ilmu pengetahuan dan
wawasan pembaca khususnya mahasiswa mengenai pemberian vitamin A
oleh bidan untuk ibu nifas, dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih
lanjut.
3) Bagi Masyarakat (ibu nifas)
Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat, khususnya ibu nifas
masyarakat mendapatkan pengetahuan, serta meningkatkan keinginan
untuk memperoleh vitamin A.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGVitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi
manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus di
penuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A melalui bahan makanan
seperti bayam, daun singkong, pepaya matang, hati, kuning telur dan juga
ASI.( DEPKES, 1995, p. 1 )
Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut). Vitamin A juga bermanfaat untuk kesehatan mata dan
membantu proses pertumbuhan. Oleh karena itu vitamin A sangat penting
untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. (Depkes RI, UNICEF, HKI, 2005,
p. 8).
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat
tinggi di kawasan ASEAN walaupun sudah terjadi penurunan dari
307/100.000 kelahiran hidup (SKDI 2002/2003). Bila dibandingkan dengan
AKI tahun 2004 sebesar 155,22 per 100.00 kelahiran hidup, dan terjadi
kenaikan AKI pada tahun 2005 sebesar 252 per 1000 kelahiran hidup.
Menjadi 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007).
2
Angka Kematian Ibu provinsi Jawa Tengah tahun 2008 berdasarkan hasil
Survei Kesehatan Daerah (SKD) sebesar 114,42 per 100.000 kelahiran hidup.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 diperoleh estimasi AKB di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas
sebesar 45,16%, infeksi sebesar 5,2%. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun
2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Daerah (SURKESDA) jumlah kematian bayi di Kota Semarang sebanyak 204
dari 25.160 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 8,1 per 1.000 Kelahiran Hidup. Bila ditinjau
dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain dalam
kurangnya pemberian vitamin A bagi ibu nifas. (Profil Jawa Tengah, 2008).
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampi alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama nifas ini yaitu 6-8 minggu.( Mochtar, 1998, p. 115 ).Ibu nifas yang
cukup mendapatkan vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A
dalam Air Susu Ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap
penyakit disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Kekurangan vitamin
A dengan demikian dapat disimpulkan sebagai penyakit sistemik yang
mengganggu sel dan jaringan seluruh tubuh. Pengaruh terbesar dan paling
khas terjadi pada mata. (Arisman, 2004, p. 121)
Hasil pertemuan Internasional Vitamin A Consultative Groups
(IVACG) pada bulan februari 2003 di Maroko, merekomendasikan pemberian
3
2 kapsul vitamin A 2 kali @ 200.000 SI untuk ibu nifas perlu di terapkan
dalam program. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan panduan yang berisi
informasi yang berkaitan dengan vitamin A untuk praktisi kesehatan di
lapangan. ( Depkes RI, UNICEF, HKI, 2005, p. 9 ).
Perilaku tenaga kesehatan dalam pemberian vitamin A bagi ibu
nifas yaitu pada ibu nifas di berikan vitamin A sebanyak 2 x 200.000 SI
dalam kurun waktu 2 (dua) hari berturut-turut pada masa nifas (0-42 hari)
yang diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah pertama di
minum segara setelah melahirkan dan 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI
warna merah kedua di minum pada hari berikutnya minimal 24 jam sesudah
kapsul pertama. (Depkes RI,UNICEF, HKI, 2005, p. 9)
Target pemerintah pemberian vitamin A pada ibu nifas 100%. Dari
data yang di dapatkan di jawa tengah cakupan pemberian vitamin A bagi ibu
nifas tahun 2008 yaitu 92,94%, dan sudah melebehi terget pencapaian tahun
2009 yaitu 90%. (Dinkes, 2008).
Target pemberian vitamin A bagi ibu nifas di Kabupaten Grobogan
menurut PWS GIZI tahun 2007 adalah 95,76%, tahun 2008 adalah 95,20%,
dan meningkat pada tahun 2009 adalah 96,64%. Data yang di dapatkan dari
Puskesmas Pulokulon 967 jumlah ibu nifas, 873 (90,3%) jumlah ibu nifas
yang dapat vitamin A dan 94 (9,7%) ibu nifas yang tidak dapat vitamin A,
dan data yang didapatkan dari Puskesmas Wirosari 786 jumlah ibu nifas, 715
(91%) jumlah ibu nifas yang dapat vitamin A dan 71 (9%) jumlah ibu nifas
yang tidak dapat vitamin A. Dengan jumlah bidan di Kecamatan Pulokulon
4
16, Kecamatan Wirosari 16. Dapat disimpulkan cakupan vitamin A untuk ibu
nifas tersebut belum mencapai 100% yang disebabkan berbagai hal yaitu
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, sarana dan
prasarana yang belum memadai. (Dinkes, 2009).
Berdasarkan uraian diatas tersebut peneliti akan melakukan
penelitian tentang ”Studi Deskriptif Pengetahuan Bidan Tentang Pemberian
Vitamin A Pada Ibu Nifas Berdasarkan Tingkat pendidikan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan Studi Deskriptif
Pengetahuan Bidan Tentang Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pulokulon dan Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Penulis dapat mendeskripsikan pengetahuan bidan tentang pemberian
vitamin A pada ibu nifas dan tingkat pendidikan
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pendidikan Bidan
b. Mendeskripsikan pengetahuan Bidan tentang pemberian vitamin A
5
D. MANFAAT PENELITIAN
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1) Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan sebagai masukan perencanaan program
pengetahuan bidan khususnya pada materi yang dibahas yaitu bidan
diharapkan lebih berperan dalam mensosialisasikan vitamin A untuk ibu
nifas baik dalam pemberian cara mendapatkan dan manfaatnya untuk ibu
nifas.
2) Bagi Institusi Pendidik
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana ilmu pengetahuan dan
wawasan pembaca khususnya mahasiswa mengenai pemberian vitamin A
oleh bidan untuk ibu nifas, dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih
lanjut.
3) Bagi Masyarakat (ibu nifas)
Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat, khususnya ibu nifas
masyarakat mendapatkan pengetahuan, serta meningkatkan keinginan
untuk memperoleh vitamin A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar